Rabu, 25 Januari 2017

PEMETAAN CAKUPAN STATUS GIZI BALITA BERBASIS WILAYAH DALAM MENDUKUNG KEBERHASILAN PENCAPAIAN MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs)


PEMETAAN CAKUPAN STATUS GIZI BALITA BERBASIS WILAYAH
DALAM MENDUKUNG KEBERHASILAN PENCAPAIAN MILLENIUM
DEVELOPMENT GOALS (MDGs)

Dosen Pembimbing :


                       

Oleh :

ACHMAD TOHARI (4114079)







FAKULTAS TEKNIK PRODI SISTEM INFORMASI

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM JOMBANG

2017



RINGKASAN


Permasalahan gizi masih ditemukan di wilayah Kota Semarang, terutama masalah gizi kurang dan gizi buruk bagi balita, hal ini terkait dengan pengelolaan data yang ada di Program gizi Dinas Kesehatan Kota Semarang. Status gizi balita juga memiliki peranan penting dalam mendukung pencapaian Millenium Development Goals (MDG’s) di Indonesia khususnya untuk indikator yaitu menurunkan tingkat kematian balita dan menanggulangi kemisikinan dan kelaparan, karena adanya status gizi balita yang buruk akan mengakibatkan kesakitan dan bisa menimbulkan kematian. Hal ini sangat penting karena diharapkan dapat mencapai target MDG’s untuk tahun 2015.



Sistem informasi gizi balita yang ada di Dinas Kesehatan Kota Semarang saat ini belum bisa menampilkan wilayah mana saja yang memiliki permasalahan gizi khususnya untuk pemantauan status gizi balita sehingga perlu dilakukannya pengembangan sistem informasi gizi balita berbasis wilayah yang memiliki tujuan yaitu menghasilkan sistem informasi yang terintegrasi dengan puskesmas-puskesmas dan dilengkapi dengan pemetaan status gizi balita di wilayah Kota Semarang untuk mendukung salah satu kegiatan manajemen suatu organisasi khususnya di Dinas Kesehatan Kota Semarang yaitu pemantauan status gizi balita pada Program Perbaikan Gizi Masyarakat. Adapun penelitian ini memiliki target khusus yaitu membuat rancangan sistem informasi gizi balita berbentuk perangkat lunak yang dilengkapi dengan peta wilayah per kecamatan di Kota Semarang sehingga dapat diketahui secara jelas wilayah mana saja yang masih ditemukan permasalahan gizi balita.



Rancangan penelitian ini menggunakan bentuk Deskriptif kuantitatif dengan pendektaan cross-sectional, sera metode yang digunakan untuk pengembangan sistem informasi yaitu SDLC atau System Development Life Cycle yang merupakan salah satu metode dalam pengembangan sistem informasi yang memiliki beberapa tahapan untuk menghasilkan sistem informasi yang sesuai kebutuhan organisasi, serta pemetaan yang berbasis web ini menggunakan program aplikasi PHP dengan basis data MySQl dan tampilan peta menggunakan Google Map, yang dapat diakses dengan menggunakan jaringan komunikasi data yaitu internet.



Kegiatan yang dilakukan untuk pemetaaan cakupan status gizi balita meliputi pengumpulan data di lapangan yang terkait dengan Program Gizi Masyarakat khususnya sasaran balita di Dinas Kesehatan Kota Semarang, menganalisis data yang terkait dengan sistem informasi serta melakukan perancangan sistem informasi berbasis wilayah dalam bentuk pemetaan.



Hasil penelitian menghasilkan adanya pemetaan dari status gizi balita yang terdapat di wilayah Kota Semarang berbasis web dan menggunakan google map yang mudah digunakan dan dapat memantau pencapaian untuk Program Perbaikan Gizi Masyarakat khususnya cakupan status gizi balita.







Kata Kunci : Peta, Cakupan Status Gizi Balita, MDGs


BAB I
 PENDAHULUAN


Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan memiliki tujuan dalam pembangunan kesehatan yaitu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Berdasarkan undang-undang tersebut maka setiap orang berhak mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab serta pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setingi-tingginya. (Indonesia, 2009)



Pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata. Perhatian khusus pada penduduk yang rentan seperti ibu, bayi, anak, lanjut usia dan keluarga miskin, yang dilaksanakan melalui peningkatan dari beberapa hal, yaitu : upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumberdaya manusia kesehatan, sediaan dari farmasi serta alat kesehatan dan makanan, manajemen dan informasi kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat. Hal ini yang menjadikan Negara Indonesia termasuk salah satu Negara anggota Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) beserta anggota Negara lain yang berkomitmen untuk mencapai Millenium Development Goals (MDGs), dari delapan tujuan MDGs yang terkait langsung dengan bidang Kesehatan Keluarga termasuk Program Gizi di Dinas Kesehatan Kota Semarang, yaitu : Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, Menurunkan angka kematian anak, dan Meningkatkan kesehatan ibu. (Semarang B. K., 2012)



Program perbaikan gizi dilakukan sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 42 tahun 2013 berisi tentang upaya bersama antara pemerintah dan masyarakat melalui penggalangan partisipasi dan kepedulian pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinasi untuk percepatan perbaikan gizi masyarakat prioritas pada seribu hari pertama, yang bertujuan percepatan perbaikan gizi masyarakat prioritas pada seribu hari pertama kehidupan dan meningkatkan komitmen pemangku kepentingan untuk memberikan perlindungan dan pemenuhan gizi masyarakat serta memperkuat implementasi konsep program gizi yang bersifat langsung dan tidak langsung. (Utama, 2013) Salah satu sasaran dari program perbaikan gizi yaitu balita, yang merupakan kelompok rentan dari kasus kurang gizi, dan balita perlu adanya pertumbuhan dan perkembangan dalam kehidupannya.



Adanya pencapaian MDGs untuk Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan di Kota Semarang dapat dilihat dari hasil pencapaian perbaikan gizi yang sudah bisa mencapai target Nasional dan Provinsi yaitu terlihat penurunan prevalensi gizi kurang dari 5.69% tahun 2010 menjadi 4.89% tahun 2011,adanya peningkatan prevalensi gizi buruk pada tahun 2010 sebanyak 1.01% dan pada tahun 2011 menjadi 1.05%. berdasarkan hasil tersebut pihak pemerintah masih perlu meningkatkan upaya kesehatan yang berkesinambungan karena keadaan sosial ekonomi terutama pada penduduk miskin yang mendasari terjadinya kurang gizi yang masih menjadi ancaman. Berkaitan hal tersebut maka Dinas Kota Semarang melaksanakan Program Perbaikan Gizi Masyarakat khususnya Pemantauan Pertumbuhan Balita. Keberhasilan dari kegiatan pemantauan pertumbuhan balita di Kota Semarang, dapat diukur dari beberapa kegiatan, meliputi cakupan K/S yaitu indikator untuk menggambarkan persentase balita yang mempunyai Kartu Menuju Sehat (KMS) atau buku KIA didapatkan cakupan K/S pada tahun 2012 sebesar 98,96 % lebih tinggi dari tahun 2011 sebesar 98,30% dan tahun 2010 sebesar 98,40%. Jika dilihat cakupan K/S di Puskesmas Kota Semarang tahun 2012 sebagian besar telah mencapai target Kota Semarang 100% sebanyak 30 puskesmas (81%) dan ada yang belum mencapai target 100% sebanyak 7 puskesmas (19%), disebabkan karena sebagian besar KMS atau buku KIA hilang atau rusak, serta kurangnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat KMS atau buku KIA. Hal ini akan menyulitkan pemantauan pertumbuhan pada balita sehingga akan menyebabkan keterlambatan intervensi yang berakibat terjadinya growth faltering yang akan berdampak pada masalah gizi atau malnutrition. (Semarang B. K., 2012)

Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita terkait dengan status gizi balita dilakukan dengan penimbangan bayi dan balita di posyandu, kegiatan ini juga diintegrasikan dengan pelayanan kesehatan dasar lain seperti KIA, imunisasi, dan pemberantasan penyakit. Berdasarkan laporan tahunan Bidang Kesehatan Keluarga tahun 2012 menunjukkan cakupan balita yang ditimbang atau D/S memberikan gambaran tingkat partisipasi masyarakat di Kota Semarang menunjukkan adanya peningkatan dari tahun 2010 sampai 2012, yang menunjukkan semakin tingginya partisipasi masyarakat dalam penimbangan di posyandu maka semakin baik balita yang bisa terpantau pertumbuhannya, yang dapat digunakan sebagai deteksi dini pertumbuhan sehingga bila terjadi masalah dapat segera ditangani. Pencapaian D/S di Kota Semarang tahun 2012 sebesar 78,51% yang telah mencapai target, namun bila dibandingkan dengan target Nasional pencapaian D/S masih dibawah target sebesar 80% dari beberapa Puskesmas,


hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain masih ada sebagian balita yang ditimbang di sarana kesehatan selain posyandu belum terlaporkan, karena sebagian masyarakat belum mengetahui manfaat kegiatan di Posyandu, tempat posyandu yang masih kurang nyaman, sarana posyandu yang kurang, dan kurangnya dukungan dari tokoh masyarakat maupun lintas sektoral. Indikator yang juga digunakan untuk melihat cakupan program gizi yaitu balita yang naik berat badannya atau N/D dapat memberikan gambaran tentang keberhasilan program. Cakupan N/D di Kota Semarang menunjukkan adanya peningkatan dari tahun 2010 sampai tahun 2012, hal ini menggambarkan semakin baiknya pertumbuhan balita di Kota di Kota Semarang, karena balita yang sehat dapat dilihat dari kenaikan berat badan tiap bulannya, bila kenaikan berat badan terus menerus pada usia balita maka kemungkinan akan semakin baik status gizinya. Namun masih ada puskesmas yang belum mencapai target sebanyak 16 (43%), hal ini disebabkan karena faktor sosial ekonomi sehingga mempengaruhi ketersediaan pangan tingkat rumah tangga, pengetahuan dan kemampuan ibu kurang dalam merawat anaknya, adanya infeksi dan hygiene sanitasi rumah yang kurang. (Semarang B. K., 2012)

Kegiatan pemantauan untuk perbaikan gizi masyarakat dilaksanakan berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan dari Program Perbaikan Gizi Masyarakat yang tercemin dari hasil penimbangan bayi dan balita setiap bulan yang dilakukan di posyandu dapat dilihat pada laporan puskesmas tahun 2012 di Kota Semarang yang menunjukkan jumlah Bayi Lahir Hidup sebesar 27.448 bayi dan jumlah balita yang ada (S) sebesar 110.694 balita, namun masih saja ditemukannya kasus bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada tahun 2012 sebanyak 165 bayi (0,6%) yang terdiri dari 71 bayi laki-laki dan 94 bayi perempuan. Hal ini menjadi dasar untuk kegiatan pemantauan gizi balita terus dilaksanakan. (Semarang D. K., 2012)

Saat ini permasalahan gizi masih ditemukan di Kota Semarang dan jumlahnya yang cenderung bertambah yaitu masalah gizi kurang pada tahun 2012 sebanyak 1.091 balita dan masalah gizi buruk sebanyak 39 balita. Hal ini sangat disebabkan karena pola makan balita yang salah, faktor sosial ekonomi keluarga sehingga mempengaruhi terhadap kemampuan membeli pangan keluarga khususnya balita, adanya penyakit infeksi, hygiene sanitasi yang kurang, kemampuan ibu dan dukungan keluarga yang kurang dalam merawat balita baik dalam pemberian makanan maupun kesadaran untuk memantau pertumbuhan sehingga adanya keterlambatan penanganan pada saat awal balita mengalami gangguan pertubuhan. Sedangkan kasus gizi buruk mengalami peningkatan sebesar 1,21% dari tahun 2011 yang berjumlah 26 kasus, padahal dari seluruh kasus gizi


buruk tersebut juga telah dilakukan intervensi khususnya upaya perbaikan gizi masyarakat dalam bentuk kegiatan pemberian makanan tambahan pemulihan selama 180 hari, perawatan serta pengobatan baik di puskesmas maupun rumah sakit dengan bantuan dana Program Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin) atau JAMKESMAS dan APBD II. (Semarang D. K., 2012)

Laporan merupakan bentuk dari informasi yang dapat disajikan untuk masyarakat umum, sehingga untuk menghasilkan informasi yang berkualitas memerlukan suatu sistem informasi yang baik, termasuk Dinas Kesehatan Kota Semarang. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor. 192/MENKES/SK/VI/2012 tentang Roadmap Rencana Aksi Penguatan Sistem Informasi Kesehatan Indonesia yang mempunyai tujuan agar terselenggaranya Sistem Informasi Kesehatan yang terintegrasi dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi oleh seluruh pemangku kepentingan baik di tingkat Pusat dan Daerah sehingga proses kerja menjadi lebih efisien dan transparan sehingga mampu menciptakan informasi yang handal dalam mendukung pembangunan kesehatan, hal ini yang memacu Dinas Kesehatan Kota Semarang mengembangan sistem informasi kesehatan termasuk dalam dengan mengacu pada Sistem Kesehatan Nasional dan kebijakan-kebijakan pemerintah daerah dan pusat, dan juga dilaksanakan oleh Program perbaikan gizi pada bidang Kesehatan Keluarga Kota Semarang dengan menghasilkan laporan tahunan kegiatan bidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota Semarang. Namun dalam pelaporan tersebut belum dapat menampilkan wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Semarang khususnya untuk melihat adanya permasalahan gizi masyarakat Kota Semarang sehingga dapat mengakibatkan kesulitan bagi pihak Dinas Kesehatan Kota Semarang untuk melakukan pemantauan secara dini terhadap status gizi balita untuk pencegahan kasus gizi kurang maupun buruk di masyarakat.

Pengembangan sistem informasi gizi balita di Dinas Kesehatan Kota Semarang tidak terlepas dari kebijakan pemerintah, dengan memperhatikan prinsip-prinsip yaitu : pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), Keamanan dan kerahasiaan data, standarisasi, integrasi, kemudahan akses, keterwakilan, etika, integritas, dan kualitas suatu sistem informasi.

Hal terkait dengan pengembangan sistem informasi gizi balita pernah dilakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Sistem Informasi Pemantauan Gizi Balita (Studi di Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen Propinsi Jawa Tengah) oleh Ika Kusuma Siswandari, yang menghasilkan formulir dan software PSG serta perpaduan teknologi




GIS yang didapatkan visualisasi informasi status gizi melalui peta. (Siswandari, Pengembangan Sistem Informasi Pemantauan Status Gizi Balita - Studi di Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen Propinsi Jawa Tengah, 2001) Perbedaan dari penelitian yang ada yaitu ruang lingkup wilayah yang digunakan yaitu untuk penelitian ini menggunakan wilayah Kota Semarang serta metode perancangan yang digunakan dari tersebut adalah dengan menggunakan aplikasi ArcView GIS, sedangkan penelitian ini menggunakan aplikasi pemetaan berbasis web.



                     BAB 2

      TINJAUAN PUSTAKA

A. Status Gizi

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dan perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi dapat diartikan sebagai keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik, energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri. Secara umum, status gizi dapat dikatakan sebagai fungsi kesenjangan gizi, yaitu selisih antara konsumsi zat gizi dengan kebutuhan zat gizi tersebut. (Supriasa, 2002)



Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan sumberdaya manusia dan kualitas hidup. Untuk itu, program perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi pangan, agar terjadi perbaikan status gizi masyarakat. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi kurang, baik dan lebih. (S, 2001) Penilaian status gizi menggunakan cara antropometri. Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri sebagai indikator status gizi dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar lengan atas (LLA), lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan lemak di bawah kulit. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah umur, BB, dan TB. Umur merupakan faktor penting dalam penentuan status gizi, karena kesalahan penentuan umur akan mengakibatkan kesalahan interprestasi status gizi. Hasil pengukuran BB dan TB yang akurat akan menjadi tidak berarti bila tidak disertai penentuan umur yang tepat . (Supriasa, 2002)

Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). BB/U bermanfaat untuk menggambarkan status gizi seseorang pada saat ini, TB/U memberikan gambaran status gizi masa lalu, BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini. (Supriasa, 2002)





B.  Sistem Informasi Manajemen



1. Sistem Informasi



Sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi atau terpadu untuk mencapai suatu tujuan. Semua sistem meliputi tiga elemen utama, yaitu : input, transformasi atau proses, dan output. Sebagian sistem dapat mengendalikan operasi mereka sendiri, dan disebut dengan sistem lingkaran tertutup (closed-loop system). Sistem lingkaran tertutup mencakup suatu mekanisme pengendalian, tujuan, dan lingkaran umpan balik (feedback loop) disamping tiga elemen utama. Sistem tidak memiliki kemampuan pengendalian disebut sistem lingkaran terbuka (open-loop system). (Leod, 2001)



Elemen utama yang membentuk suatu sistem, meliputi :



a)      Input atau masukan sistem, adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan selanjutnya menjadi bagian untuk diproses. Pada sistem informasi, masukan dapat berupa data transaksi, dan data non-transaksi, misalnya surat pemberitahuan, serta instruksi.



b)      Proses, merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari masukan menjadi keluaran yang berguna, misalnya berupa informasi



c)      Output atau keluaran, merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem informasi, keluaran bisa berupa suatu informasi, saran, cetakan laporan, dan sebagainya. (Scott, 2002)





Kebutuhan informasi merupakan hal yang penting untuk mendukung kegiatan manajemen dan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh pihak manajer, sehingga diperlukan suatu informasi yang mempunyai kualitas, sebagai berikut :



a)      Relevansi, informasi memiliki relevansi jika berkaitan langsung dengan masalah yang ada. Relevan berarti informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya.


b)      Akurasi atau keakuratan, idealnya semua informasi harus akurat, tetapi peningkatan ketelitian sistem menambah biaya sehingga pihak manajer dapat menerima ketelitian yang kurang sempurna. Akurat berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan.

c)      Ketepatan waktu, informasi harus bersedia untuk memecahkan masalah sebelum situasi krisis menjadi tidak terkendali atau kesempatan menghilang. Tepat waktu berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat, karena informasi yang sudah using tidak mempunyai nilai lagi, karena informasi merupakan landasan di dalam pengambilan keputusan.

d)     Kelengkapan, manajer harus mampu memperoleh informasi yang menyajikan gambaran lengkap dari suatu permasalahan atau penyelesaian.

e)      Kemudahan untuk akses, agar informasi bisa diterima oleh pemakai dengan lancar dan mudah dalam pengolahan data.

f)       Keringkasan, informasi harus ringkas agar sesuai dengan kebutuhan penerima informasi. (Leod, 2001) (Scott, 2002)


2. Sistem Informasi Manajemen

Sistem informasi manajemen merupakan cara-cara mengelola pekerjaan informasi dengan menggunakan pendekatan sistem yang berdasarkan prinsip-prinsip manajemen. Pekerjaan informasi adalah pekerjaan yang meliputi pengumpulan data, penyebaran data dengan meneruskan ke unit lain, atau langsung diolah menjadi informasi, kemudian informasi tersebut diteruskan ke unit lain. Pada unit kerja yang baru informasi tersebut dapat langsung digunakan, atau dapat juga dianggap sebagai data baru untuk diolah lagi menjadi informasi sesuai keperluan unit bersangkutan dengan beredarnya informasi antar unit ke unit lain maka terjadilah arus informasi atau hubungan informasi antar unit. Hubungan ini lazim disebut sebagai hubungan antarsubsistem dalam suatu kaitan kerja sama suatu sistem, yang disebut sebagai sistem informasi, karena sistem informasi tersebut dikerjakan dengan menggunakan prinsip-prinsip manajemen agar tujuan dapat tercapai secara efisien dan efektif maka disebut sebagai Sistem Informasi Manajemen. (Amsyah, 2001)

3. Siklus Hidup Pengembangan Sistem

Pengembangan sistem informasi yang berbasis komputer dapat merupakan tugas kompleks yang membutuhkan banyak sumber daya dan dapat memakan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun untuk menyelesaikannya. Proses pengembangan sistem melewati beberapa tahapan dari mulai sistem itu direncanakan sampai sistem tersebut diterapkan, dioperasikan dan dipelihara. Ada beberapa metode untuk siklus pengembangan sistem, salah satunya metode yang dikembangkan oleh George M. Scott, dalam bukunya Principle of Management Information Systems yang terdiri dari : (Jogiyanto, 2005)

a)      Pendahuluan (preliminary study), yaitu :


(i)     Penemuan masalah (problem discovery)

(ii)   Studi Pendahuluan (preliminary study)

(iii)Laporan singkat studi pendahuluan (preliminary study brief)

b)      Analisis Sistem (system analysis), yaiu :

(i)                 Perencanaan proyek (project planning)



(ii)               Penelitian sistem yang ada (survey existing system)



(iii)             Mendefinisikan masalah (system define)



(iv)             Analisis sistem (system analysis)



(v)               Kebutuhan-kebutuhan sistem (system requirements)



(vi)             Sistem rancang bangun (specification system)



(vii)           Laporan rancang bangun (specification report)



c)      Desain sistem (System design), yaitu :



(i)                 Desain secara makro (macro design)



(ii)               Desain terinci (detailed system)



(iii)             Rancang bangun design (design specification)



d)     Implementasi (implementation), yaitu :



(i)                 Pelatihan (training)



(ii)               Penyeleksian program dan peralatan (selection program and equipment)



(iii)             Pemrograman (programming)



(iv)             Persiapan tempat (site preparation)



(v)               Instalasi (installation)



(vi)             Konversi (convertion)



(vii)           Penerimaan (acceptance)


C. Sistem Informasi Geografis



Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan bentuk data yang mempresentasikan dunia nyata (real world) dapat disimpan, dimanipulasi, diproses, dan dipresentasikan dalam bentuk yang lebih sederhana dengan layer-layer tematik yang direlasikan dengan lokasi-lokasi geografi di permukaan bumi. SIG merupakan suatu sistem komputer yang terintegrasi di tingkat fungsional dan jaringan, yang mempunyai komponen sebagai berikut : (Prahasta, 2011)



i)  Perangkat keras (hardware) yang berupa komputer (komputer tunggal, komputer sistem jaringan dengan server, komputer dengan jaringan global internet).



ii)   Perangkat lunak (software) yang mempunyai fungsi dan fasilitas untuk penyimpanan, analisis, dan penanyangan informasi geografi.



iii)    Data dan informasi Geografi



iv)    Manajemen



SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa, dan akhirnya memetakan hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga aplikasi SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti : lokasi, kondisi, trend, pola dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem informasi lainnya. SIG adalah suatu kesatuan sistem yang terdiri dari berbagai komponen, tidak hanya perangkat keras komputer beserta perangkat lunaknya saja akan tetapi harus tersedia data geografis yang benar dan sumberdaya manusia untuk melaksanakan perannya dalam memformulasikan dan menganalisa persoalan yang menentukan keberhasilan SIG. (UNDP, 2007)



Sistem komputer untuk SIG terdiri dari : perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras untuk SIG pada prinsipnya sama dengan yang dipakai untuk keperluan lain, secara umum terdiri dari : monitor, scanner, kabel, jaringan internet, printer/plotter, digitizer, GPS, dan sebagainya. Sedangkan perangkat lunak untuk SIG pada prinsipnya berfungsi untuk : input data, penyusunan basis data, transformasi, tampilan dan pelaporan. (Indarto, 2013)



Keuntungan dari penggunaan SIG yaitu : a) umumnya data geospatial tidak dipelihara dengan baik dengan adanya SIG dapat mengantisipasi masalah manajemen, penyimpanan dan perawatan data, SIG juga dapat digunakan untuk standarisasi data geospatial; b) tanpa adanya SIG, peta dan data statistik yang ada umumnya dalam




format analog yaitu kertas, laporan, buku dan kurang up to date maka dengan adanya SIG peta dan data statistik lebih terformat dalam bentuk digital dan mudah di update, c) pencarian dan analisa data dengan format analog, relatif tidak mudah dilaksanakan, sebaliknya dengan adanya SIG karena data sudah tersusun dalam bentuk database digital, maka pencarian, analisa dan penampilan data lebih baik dan lebih akurat; d)adanya SIG juga memudahkan untuk distribusi dan sharing data; e) analisa yang cepat dapat membantu proses pengambilan keputusan dilakukan lebih cepat; f) produktifitas staf juga lebih baik karena cara kerja lebih cepat; g) SIG juga memudahkan pihak ketiga atau masyarakat umum untuk berkomunikasi dan mengakses informasi yang kita miliki lebih mudah karena SIG dapat dihubungkan dengan jaringan internet sehingga pertukaran data dan informasi lebih cepat; h) penggunaan SIG menjadi lebih urgen karena SIG mampu untuk membantu penyelesaian masalah pada semua lini mulai dari perencanaan, proses pengambilan keputusan, analisa dan sampai pada integrasi manajemen dalam suatu organisasi. (Indarto, 2013)


D. Sistem Informasi Berbasis Web

Ada beberapa bentuk pemrograman untuk membuat suatu aplikasi dalam sistem informasi, salah satunya pemrograman web. Web merupakan fasilitas hiperteks untuk menampilkan data berupa teks, gambar, suara, animasi dan data multimedia lainnya, PHP merupakan salah satu script (perintah-perintah program) Server side yang sangat populer diterapkan dalam sebuah satu web, dimana situs atau web dapat dikategorikan menjadi dua yaitu web statis dan web dinamis. (Wahana Komputer, 2006)



Jenis web statis adalah web yang berisi atau menampilkan informasi-informasi yang sifatnya statis atau tetap, karena pengguna tidak dapat berinteraksi dengan web tersebut, singkatnya untuk mengetahui suatu web bersifat statis atau dinamis dapat dilihat dari tampilannya. Jika suatu web hanya berhubungan dengan halaman web lain dan berisi suatu informasi yang tetap maka web tersebut disebut web statis. Pada web statis, pengguna hanya dapat melihat isi dokumen pada halaman web dan apabila diklik akan berpindah ke halaman web yang lain. Interaksi pengguna hanya terbatas dapat melihat informasi yang ditampilkan, tetapi tidak dapat mengolah informasi yang dihasilkan. Web statis biasanya merupakan HTML yang ditulis pada editor teks dan disimpan dalam bentuk .html atau .htm. (Wahana Komputer, 2006)




Sedangkan yang dimaksud dengan web dinamis adalah web yang menampilkan informasi serta dapat berinteraksi dengan pengguna, karena web dinamis memungkinkan pengguna untuk berinteraksi menggunakan form sehingga dapat mengolah informasi yang ditampilkan. Web dinamis bersifat interaktif, tidak kaku, dan terlihat lebih indah. (Wahana Komputer, 2006)



Ada dua kategori dalam pemrograman web yaitu pemrograman Server side dan Client side. Pada pemrograman server side terdapat perintah-perintah program atau script dijalankan di server web, kemudian hasil dikirimkan ke browser dalam bentuk HTML biasa. Adapun pada client side terdapat perintah program dijalankan pada browser web sehingga ketika klien meminta dokumen script maka script dapat didownload dari server kemudian dijalankan pada browser yang bersangkutan. (Wahana Komputer, 2006)



File yang hanya berisi kode HTML tidak mendukung pembuatan aplikasi yang melibatkan database, karena HTML dirancang untuk menyajikan informasi yang bersifat statis atau tampilan yang isinya tetap hingga web master atau penanggung jawab web melakukan perubahan isi. Sehingga muncul berbagai pemikiran untuk membuat suatu perantara yang memungkinkan aplikasi bisa menghasilkan sesuatu yang bersifat dinamis dan berinteraksi dengan database, seperti PHP, ASP dan JSP. (Kadir, 2009)



PHP merupakan suatu bahasa pemrograman Open source yang digunakan secara luas terutama untuk pengembangan web dan dapat disimpan dalam bentuk HTML. Untuk menghasilkan sebuah HTML, script yang ditulis menggunakan PHP mempunyai arti yang lebih singkat dibandingkan bahasa pemrograman lain seperti Perl atau C. Keuntungan utama menggunakan PHP adalah script PHP tidak hanya benar-benar sederhana bagi pemula, tetapi juga menyediakan banyak fitur tambahan untuk programmer professional. Meskipun PHP lebih difokuskan sebagai script Server side dapat juga melakukan apapun dengan CGI, sperti mengumpulkan format data, menghasilkan web yang dinamis, atau mengirimkan dan menerima cookies, bahkan PHP bisa melakukan banyak hal lagi. (Wahana Komputer, 2006)


E.  Millenium Development Goals (MDGs)


MDGs bisa diartikan sebagai sasaran pembangunan milennium yang merupakan komitmen bersama dari beberapa negara dijabarkan menjadi delapan sasaran atau tujuan dan target, yang pencapaiannya sangat penting bagi bangsa


Indonesia.  Berdasarkan   laporan  pencapaian  tujuan  Pembangunan  Milenium       atau



MDGs di Indonesia pada tahun 2011, disebutkan yaitu : (Bappenas, 2012)

1.      Tujuan 1 : Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan.



Upaya penanggulangan kemisikinan di Indonesia menunjukkan kemajuan yang berarti dan ini sudah sesuai dengan target MDGs yang ditunjukkan dengan menurunnya proporsi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional dari 15,10% (tahun 1990) menjadi 12,49% (tahun 2011) dan indeks Kedalaman kemiskinan dari 2,70 menjadi 2,08 pada periode yang sama.

2 .     Tujuan 4 : Menurunkan Angka Kematian Anak

Upaya untuk menurunkan angka kematian anak sudah sejalan dengan sasaran MDGs. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan angka kematian balita dari 97 (tahun 1991) menjadi 44 per seribu kelahiran hidup (tahun 2007), penurunan angka kematian bayi dari 68 menjadi 34 per seribu kelahiran, dan neonatal dari 32 menjadi 19 per seribu kelahiran.


F.     Penelitian SIG tentang Gizi Balita

Sistem informasi geografis sangat menarik bagi beberapa peneliti dan hubungannya dengan keadaan gizi balita dibeberapa daerah, ternyata permasalahan gizi balita masih banyak ditemukan diberbagai daerah. Adapun penelitian yang berkaitan dengan Sistem Informasi Geografis tentang gizi balita, yaitu :

1)      Pengembangan Sistem Informasi Pemantauan Status Gizi Balita (Studi di Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen Propinsi Jawa Tengah) oleh Ika Kusuma Dewi tahun 2001, yang menghasilkan formulir dan Software PSG serta perpaduan teknologi GIS akan didapatkan visualisasi informasi status gizi melalui peta yang memudahkan pengambilan keputusan. Perbedaan dari penelitian ini yaitu metode pengembangan SIG dan program pemetaan yang digunakan. (Siswandari, Pengembangan Sistem Informasi Pemantauan Status Gizi Balita Studi di Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen Propinsi Jawa Tengah, 2001)

2)      Sistem Informasi Geografis (SIG) Pemantauan Balita Penderita Gizi Buruk di Surabaya oleh Umi Dewi Rahmawati, Arif Basofi, dan Ahmad Syauqi Achsan, yang menghasilkan sistem informasi berbasis web dengan menggunakan Mapserver dan basis data degan PostgreSQL. Perbedaan dengan penelitian ini adalah program yang digunakan serta sasaran balita yang tidak hanya penderita gizi buruk saja. (Umi Dewi Rahmawati, 2011)
 3) Sistem informasi Geografis Pemantau Status Gizi Balita pada Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo oleh Shodiqul Alim, yang menghasilkan aplikasi status gizi balita dengan menggunakan macromedia flash 8. (Alim, 2011)




Adapun  perbedaan  dengan  penelitian  ini  yaitu  tools  yang  digunakan  serta  lokasi

penelitiannya.



BAB 3
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN


A.    Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini yaitu  menghasilkan pemetaan status gizi balita di wilayah

Kota Semarang untuk mendukung pemantauan status gizi balita pada Program Perbaikan

Gizi Masyarakat di Dinas Kesehatan Kota Semarang.



B.     Manfaat Penelitian


Penelitian  ini  diharapkan  memiliki  kontribusi  terhadap  ilmu  pengetahuan  dalam

memperkaya ilmu dalam bidang sistem informasi kesehatan dengan menghasilkan suatu produk perangkat lunak yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pengetahuan khususnya bidang kesehatan dan dapat bermanfaat bagi Dinas Kesehatan Kota Semarang sebagai pengambil kebijakan bidang kesehatan di wilayah Kota Semarang



BAB 4.
METODE PENELITIAN

A.    Tahapan-tahapan Penelitian

Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu :

1)   Survey awal, bertujuan untuk mengetahui kebutuhan sistem informasi di suatu instansi, sehingga penelitian ini berdasarkan kasus di suatu organisasi.

2)  Perijinan, dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data primer maupun data sekunder dari instansi yang diteliti.

3)  Pengumpulan data primer dan data sekunder dengan menggunakan instrument penelitian berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, dan check list, yang dilakukan di wilayah Kota Semarang, meliputi puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota Semarang.

4)  Analisis data dengan menilai dan mengetahui permasalahan yang ada di instansi tersebut.

5)      Perancangan sistem informasi berupa pemetaan wilayah Kota Semarang.
            6)      Uji coba hasil perancangan sistem informasi yang baru di instansi tersebut.

            7)      Penilaian dan review terhadap hasil rancangan yang telah dibuat.


B.     Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bagian Gizi Bidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota Semarang.
 
C.     Variabel Penelitian


No.
Variabel
Definisi Operasional
Instrument
Skala




data





1.
Input :
Berupa formulir-
Pedoman
Interval


formulir dan catatan
observasi dan



yang dibutuhkan dalam
pedoman



Sistem Informasi Gizi
wawancara



balita pada Progam
atau kuesioner



Perbaikan gizi




masyarakat berupa :




data status gizi balita,




data status gizi balita




pada pemeriksaan gizi




buruk, data balita yang




datang dan ditimbang,




data balita gizi buruk




yang mendapat




perawatan.


2.
Status gizi balita
Suatu keseimbangan

Interval


antara yang dikonsumsi




dengan keadaan fisik




tubuh yang dilihat dari
Indikator



perhitungan umur,
antropometri :



berat badan, dan tinggi
a. BB/U :



badan, yang diukur
dengan











berdasarkan umur (U),
kategori, yaitu:



berat badan (BB), dan
gizi buruk, gizi



tinggi badan (TB)
kurang, dan




gizi baik

3.
Proses
Merupakan kegiatan




pengolahan data terdiri




dari pencatatan data,




transformasi data atau
Software dan



input, pengarsipan file-
hardware



file dan pelaporan




berbasi komputer yang




hasilnya berupa




informasi


4.
Pemetaan dengan
Proses pengukuran,

Nominal

berbasis web
perhitungan,




perhitungan dan
PHP dan My



penggambaran yang
SQL, Google



dilakukan secara digital
map



dengan menggunakan




pemrograman yang




berbasis web


5.
Informasi : Cakupan
Merupakan hasil yang
Laporan
Rasio,

status gizi balita
dikeluarkan dari proses
Tahunan
interval


komputer dalam
Bidang



kegiatan Sistem
Kesehatan



Informasi Gizi balita
Keluarga tahun



berupa cakupan status
2012



gizi balita dan laporan




tahunan bidang




kesehatan keluarga


6
Pencapaian MDGs
Merupakan kegiatan
Laporan
Interval,









untuk menyamakan
pencapaian
rasio


sasaran atau tujuan
MDGs di



berupa menanggulangi
Indonesia dan



kemiskinan dan
laporan



menurunkan angka
tahunan bidang



kematian anak dengan
Kesehatan



target yang telah
Keluarga tahun



ditetapkan untuk tahun
2012



2015 yang dilakukan di




wilayah Kota




Semarang









 
D.    Model Penelitian

Penelitian ini menggunakan model pengembangan sistem informasi yaitu SDLC (System Development Life Cycles) yang merupakan suatu siklus kehidupan dari pengembangan sistem yang kegiatan saling terkait dan berkesinambungan. Model SDLC ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu : (Reynolds, 2008)

1)      Investigasi sistem, yaitu suatu tahapan atau fase untuk mengidentifikasi masalah dan peluang dari suatu sistem informasi berdasarkan pertimbangan tujuan yang akan dicapai oleh organisasi tersebut. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan sistem informasi pada Program Gizi Dinas Kesehatan Kota Semarang yaitu belum adanya pemetaan status gizi balita.

2)      Analisis sistem, yaitu suatu fase yang melibatkan studi dari sistem yang saat ini berlangsung dan proses kerjanya untuk diidentifikasi dengan analisis SWOT untuk peningkatan sistem informasi.

3)      Perancangan sistem, merupakan fase pengembangan yang mendefinisikan bagaimana suatu sistem informasi dapat digunakan dan harus dapat menyelesaikan permasalahan yang ada. Perancangan yang dilakukan dengan menggunakan pemrogaman berbasis web dengan PHP.

4)      Implementasi atau penerapan sistem baru, merupakan fase yang melibatkan kreasi atau bawaan dari berbagai komponen sistem secara rinci dalam perancangan sistem, merakit komponen tersebut, dan menempatkan sistem baru atau sistem yang telah dimodifikasi untuk dilaksanakan organisasi


tersebut. Implementasi dilakukan setelah perancangan sistem informasi telah

dihasilkan.


E.     Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan yaitu Deskriptif Kuantitatif dengan pendekatan studi kasus secara cross-sectional, karena penelitian ini menyelidiki secara cermat sistem informasi pada program gizi yang ada di wilayah Kota Semarang dan mengelola data gizi balita.


F.     Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini berupa data status gizi balita yang mempunyai kriteria status gizi kurang hingga status gizi buruk yang ada di wilayah Kota Semarang. Sedangkan sampel penelitian berupa total populasi, untuk pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampling menggunakan metode non-acak sampling yaitu Judgment sampling yaitu merupakan suatu bentuk pengambilan sampel dengan kriteria tertentu atau memakai pertimbangan. (Sugiarto, 2001)


G.    Proses Pengumpulan dan Analisis Informasi

Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan metode berikut ini :

1)      Metode Wawancara mendalam atau Depth Interview, yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau menggunakan pedoman wawancara. (Bungin, 2011). Wawancara dilakukan dengan user atau pemakai sistem informasi yaitu: Ka.Sie Gizi bidang Kesehatan keluarga Dinas Kesehatan Kota Semarang, petugas pelaksana program gizi, dan petugas gizi di puskesmas.

2)      Metode Observasi, yang merupakan kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. (Bungin, 2011) metode ini dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi, untuk mengamati tentang komponen-komponen sistem informasi, berupa data, laporan, sarana prasarana, serta sumberdaya manusia yang tersedia di Program Gizi bidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota Semarang.



3)      Metode Penelusuran Data Online, yang merupakan tata cara melakukan penulusuran data melalui media online seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan peneliti memanfaatkan data dan informasi online yang berupa informasi teori, secepat atau seudah mungkin, dan dapat dipertanggung jawabkan secara akademis. (Bungin, 2011) dalam hal ini peneliti mencari jurnal atau artikel ilmiah tentang penelitian yang sejenis, serta bahan untuk referensi.


Analisis informasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis isi (Content Analysis) yaitu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (repicable), dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. (Bungin, 2011)


H.    Penafsiran dan Penarikan Kesimpulan Penelitian

Penafsiran hasil penelitian dilakukan dengan cara Triangulasi Peneliti, metode, teori, dan sumber data merupakan salah satu cara paling penting dan mudah dalam uji keabsahan hasil penelitian. (Bungin, 2011). Hasil penelitian yang berupa rancangan pemetaan untuk status gizi balita dilakukan pengujian berdasarkan triangulasi tersebut sehingga dapat menghasilkan suatu hasil penelitian yang sahih. Penafsiran hasil penelitian berupa sistem informasi gizi Balita sudah terdapat peta yang menunjukkan wilayah yang mengalami permasalahan gizi balita, dan sebagai sistem peringatan dini untuk pencegahan status gizi balita kurang maupun buruk.

Penarikan kesimpulan penelitian dengan terbentuknya sistem informasi gizi balita dalam bentuk peta per kecamatan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Semarang yang berkualitas dan memenuhi kebutuhan yaitu untuk alat pendukung kegiatan pemantauan status gizi balita untuk melihat pencapaian MDG’s di wilayah Kota Semarang.



BAB 5
 HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  HASIL

1)  Kegiatan Tim Peneliti

a.       Persiapan Tim : kegiatan ini bertujuan untuk mempersiapkan tim yang terdiri dari ketua peneliti dan anggota peneliti yang berjumlah 2 (dua) orang dengan melakukan koordinasi untuk perijinan, perencanaan untuk pengumpulan data, dan persiapan untuk pengolahan data. Kegiatan ini dilakukan mulai bulan April tahun 2014 dan dapat berjalan lancar sesuai yang direncanakan, adapun kendala atau hambatan yang dijumpai tidak banyak memiliki pengaruh terhadap jalannya penelitian yang berupa jadwal untuk koordinasi.

b.      Perijinan : kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh ijin untuk kegiatan pelaksanaan penelitian. Perijinan yang dilakukan, meliputi :

i)    Perijinan dari LPPM Universitas Dian Nuswantoro Semarang tanggal : 8 April 2014, nomor : 055a/A.38.02/UDN-09/IV/2014, sebagai surat pengantar untuk perijinan di Dinas Kesehatan Kota Semarang dan Permohonan ijin Penelitian dari LPPM UDINUS Semarang, tanggal : 8 April 2014, nomor : 055/A.38.02/UDN-09/IV/2014, sebagai pengantar untuk perijinan ke Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Semarang.

ii)      Perijinan  dari  Badan  Kesatuan  Bangsa  dan  Politik  Pemerintah  Kota

Semarang,    yang         berupa     Surat     Rekomendasi     Survey/Riset     Nomor     :

070/767/V/2014 , tanggal : 20 Mei 2014, yang berlaku dari tanggal 20 Mei 2014 s.d 20 Agustus 2014, yang menyatakan bahwa pihak dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Pemkot Semarang tidak keberatan/ dapat menerima untuk pelaksanaan penelitian ini, surat ini sebagai pengantar ke Dinas Kesehatan Kota Semarang.

iii) Perijinan dari Dinas Kesehatan Kota Semarang tanggal : 22 Mei 2014, Nomor : 071/1022 perihal perijinan, yang menyatakan bahwa pihak Dinas Kesehatan Kota Semarang dapat menerima penelitian di Dinas Kesehatan Kota Semarang.

Kegiatan perijinan ini memerlukan waktu 1 (satu) bulan karena adanya proses birokrasi yang cukup lama sebelum melaksanakan penelitian. Kendala atau hambatan yang dijumpai berupa waktu yang lama untuk proses perijinan yang di Dinas Kesehatan Kota Semarang, yang memerlukan waktu selama 2 (dua) minggu, karena adanya kendala teknis berupa listrik mati dan hari libur yang



banyak pada bulan Juni 2014. Alokasi waktu untuk perijinan sesuai dengan jadwal yang direncanakan yaitu selama 1 (satu) bulan.


2) Gambaran Umum Organisasi

Program Gizi termasuk dalam bidang Kesehatan Keluarga (Kesga) Dinas Kesehatan Kota Semarang, mempunyai visi dan misi dalam kegiatannya. Adapun visi bidang Kesehatan Keluarga adalah “Menuju Keluarga yang Mandiri untuk Hidup Sehat”, sedangkan Misi Bidang Kesehatan Keluarga adalah :

a.   Meningkatkan loyalitas, integritas dan etos kerja di lingkungan bidang kesga

b.  Meningkatkan kerja sama lintas program dan lintas sektoral

c.   Meningkatkan kreativitas dan kemitraan

d.  Meningkatkan komitmen dan kebersamaan

Dalam rangka mengupayakan target untuk program di Bidang Kesga maka dibutuhkan sumber daya sebagai input atau masukan untuk melaksanakan kegiatan, yang meliputi :

a.     Sumber Daya Manusia, yang ada di bidang Kesehatan Keluarga terdiri dari berbagai program termasuk Program Gizi, seperti disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 5.1

Sumber Daya Manusia Bidang Kesga tahun 2012
 

No.

Kualifikasi
Jumlah (orang)




1
S2
Gizi
2 (dua)
2
S2
Epidemiologi
1 (satu)
3
S2
KIA
1 (satu)
4
S1
Kedokteran umum
1 (satu)
5
S1
Kedokteran gigi
1 (satu)
6
S1
Kesehatan Masyarakat
6 (enam)
7
D3 Gizi
2 (dua)
8
D3 Kebidanan
1 (satu)
9
D1 Bidan
1 (satu)
10
SLTA
2 (dua)




Total
19 (Sembilan belas)

Sumber : Laporan Tahunan Bidang Kesga tahun 2012

Adapun sumber daya manusia (SDM) yang melaksanakan kegiatan untuk Program Gizi meliputi berikut ini :

Tabel 5.2

Sumber Daya Manusia untuk Program Gizi tahun 2014

No
Kualifikasi Pendidikan
Jabatan

Jumlah




(orang)





1
S1 Kesehatan Masyarakat
Ka.sie Gizi
1
(satu)
2
S1 Kesehatan Masyarakat
Staff
1
(satu)
3
D3 Gizi
Staff
2
(dua)
4
SLTA
Staff
1
(satu)






Total

5
(Lima)

Sumber : Sie Gizi Bidang Kesehatan Keluarga tahun 2014


Adanya perubahan jenis dan jumlah sumber daya manusia dari tahun 2012 sampai 2014 karena adanya rotasi atau mutasi beberapa pegawai termasuk di bagian Kesga.


b.      Sarana dan Prasarana yang ada bidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota Semarang, meliputi :

Tabel 5.3

Sarana dan prasaranan bidang Kesga DKK Semarang tahun 2012

No
Bentuk Sarana
Jenis barang

Jumlah





1
Sarana Transportasi
Kendaraan roda 2
2
(dua)
2
Sarana Elektronik
a. Komputer
3
(tiga)


b. Laptop
6
(enam)


c. Kamera
2
(dua)


d. LCD
2
(dua)

Sumber : Laporan Tahunan Bidang Kesga tahun 2012

Bidang Kesehatan Keluarga di Dinas Kesehatan Kota Semarang memiliki 4 (empat) program, yaitu : Program Gizi, Program Anak dan Remaja, Program Ibu dan KB, serta Program Lansia. Program-program tersebut dipimpin oleh Ka.sie, termasuk Program Gizi, yang saat ini memiliki kegiatan rutin yang dilakukan, berikut ini :


Tabel 5.4

Kegiatan Rutin untuk Program Perbaikan Gizi Masyarakat tahun 2014

No.
Kegiatan
Waktu
Volume
Sasaran
Tempat
Pelaksana
Sumber


(bulan)




dana








RUTIN














1.
Pembinaan Petugas
Januari,
5 kali
Petugas Gizi
DKK/
Sie Gizi
Rutin dari

gizi
April,

dari 37
Rumah

DKK


Agustus,

puskesmas
Gizi




Nopember,







Desember













2.
Entri dan Analisa
Januari –
12 bulan
Laporan
DKK
Sie Gizi


Laporan Cakupan
Desember

puskesmas




Program Gizi







(bulanan)














3.
Bulan Vitamin A
Februari
2 kali/th
Balita 6 – 59
Posyandu
Puskesmas



dan Agustus

bulan

dan kader









4.
Pendataan/ Uji garam
Agustus
16
Rumah
Puskesmas
Puskesmas


beryodium

kecamatan
tangga






(sampling)












5.
GAKY
Rutin tiap
12 kali
37
Puskesmas
Puskesmas



bulan

puskesmas











6.
Operasi timbang
Oktober
16
Balita
Posyandu
Puskesmas
BOK



kecamatan












7.
PKG
Juni s/d
16
Rumah
Posyandu
Puskesmas



Agustus
kecamatan
tangga






(sampling)












8.
Penjaringan gizi
Rutin tiap
12 kali
37
Puskesmas
Puskesmas


buruk
bulan

puskesmas











APBD II











1
Penyusunan Peta Informasi Masyarakat Kurang Gizi












Survey PSG-Kadarzi







:















a. Koordinasi dan
Juni
1 kali
37
DKK
Sie gizi
APBD II












penggandaan


puskesmas




kuesioner















b. Pengambilan data
Juni s/d
480

16
Puskesmas
APBD II

PSG-Kadarzi
Agustus
cluster

kecamatan











c. Validasi PSG-
Juli s/d
37 lokasi

37
Sie Gizi
APBD II

kadarzi
Agustus


puskesmas











d. Entry data
September
4800 KK

16
Puskesmas
APBD II





puskesmas











e. Analisa dan
Oktober
1 laporan


Sie gizi
APBD II

pelaporan














2
Pemberian Tambahan Makanan dan Vitamin













a. Rakor linsek
18 Maret
1 kali (25
DKK, linsek,
DKK
Sie Gizi
APBD II

Persiapan

orang)
linprog, OP,




Penanganan Gibur


LSM












b. Pemeriksaan Gibur secara komprehensif













i) Pemeriksaan
Maret
35 ks
Balita gizi
Laborat

APBD II

laborat dan rontgen


buruk
Prodia dan



awal



BKPM











ii) Pemeriksaan
April -
15 kali
Balita gizi
Rumah
DKK
APBD II

dokter, fisio, PMT
September

buruk
gizi











iii) Pemeriksaan
September
35 ks
Balita gizi
Laborat

APBD II

laborat dan rontgen


buruk
Prodia dan



akhir



BKPM











c. Pemantauan Gibur
Juni
16
Balita gizi
Lokasi
Tim Kota
APBD II

oleh Tim tingkat Kota

kecamatan
buruk
tempat







tinggal gizi







buruk











d. Pengadaan Pita
Maret
250 buah



APBD II

Lila















e. Pengadaan PMT
Februari –
390 paket


DKK
APBD II

Gizi buruk
Juli














f.  Pengadaan MP-
Februari –
750 paket


DKK
APBD II

ASI
Juli













3
Penanggulangan KEP, AGB, GAKY














a. Pelacakan Gizi
Januari –
60 kasus
Balita gizi
Lokasi gizi
Sie gizi
APBD II

buruk
Maret
(sesuai
buruk
buruk





jumlah







kasus







yang ada)
















b. Pembinaan
Maret -
37 kasus
Petugas
Puskesmas
DKK
APBD II

program Kesga ke
Nopember

puskesmas




puskesmas















c. Refreshing kader
20 Maret
1 kali
Kader
DKK
Sie Gizi
APBD II

posyandu tentang


posyandu




balita stunting (65







kader)















d. Kegiatan pekan
Agustus
1 kali
Masyarakat
Balai kota
Sie gizi
APBD II

ASI















e. Evaluasi gizi buruk
Oktober
1 kali
Puskesmas
DKK
Sie gizi
APBD II




dan Rumah







sakit











4
Pemberdayaan Masyarakat untuk Pencapaian Kadarzi












a. Hari Gizi
Januari
1 kali
Masyarakat
Rumah
Sie Gizi
APBD II





gizi










APBD 2014















a. Pelaksanaan
Maret –
10 bulan
Laporan

Sie gizi
APBN

surveilans gizi
Desember

pukesmas












b. Pelaksanaan
Agustus –
300
Balita
Posyandu
Puskesmas
APBN

pemantauan status
Oktober
reponden





gizi (PSG)















c. Sinkronisasi
23 – 24 Mei
1 kali
Ka.
DKK
Sie Gizi
APBN

Program Gizi kesga


Puskesmas,




di Kab/Kota


Gizi, KIA












d. Pembekalan teknis
Juni
1 kali
Gizi, KIA
DKK
Sie Gizi
APBN

surveilans GAKI















e. Analisa kretin dan
Juli –
1

Puskesmas
Puskesmas
APBN

gibur dalam
Agustus
kecamatan





surveilans GAKI














APBD I















a. Pertemuan tim
27 Maret
1 kali (27
Linsek
DKK
Sie Gizi
APBD I

GAKI kab/kota

orang)













b. Penimbangan
September –
37
Balita
Posyandu
Puskesmas
APBD I

balita dan
Oktober
puskesmas



(SPJ :

pengukuran stunting





Analisa,







validasi,







penggandaan







GPA)











c. Evaluasi hasil
Oktober -
1 kali
Puskesmas
DKK
Sie gizi
APBD I

penimbangan balita
November






dan stuting















 
3)  Hasil Wawancara

a. Wawancara dengan Kepala Bidang Kesehatan Keluarga (Kesga), dengan hasil wawancara yaitu : “sistem informasi Bidang Kesga sudah menggunakan sistem komputerisasi, namum belum memiliki aplikasi khusus untuk pengelolaan data dan informasinya, serta bisa menampilkan status gizi balita dalam bentuk peta”.

b.Wawancara dengan Kepala Sie Gizi bidang Kesehatan Keluarga, dengan hasil wawancara berikut ini :

“bagian Gizi memerlukan suatu bentuk pengelolaan data dan informasi khususnya yang dapat memantau status gizi balita, karena masih dijumpai permasalahan tentang gizi balita yaitu adanya status gizi balita kurang hingga status gizi balita buruk. Hal ini terjadi karena belum adanya pemanfaatan data secara optimal, karena pihak Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang menerima laporan dari puskesmas di wilayah kerjanya, sehingga pembuatan keputusan atau kebijakan hanya berdasarkan dari laporan yang dikirimkan ke DKK, khususnya di bagian Gizi Bidang Kesga DKK Semarang.”

Hal ini yang menjadi latar belakang untuk dilakukan penelitian.

c. Wawancara dengan petugas pengelola sistem informasi Bidang PKPKL Dinas Kesehatan Kota Semarang, dengan hasil wawancara berikut ini:

“pengelolaan data dan informasi bagian gizi Bidang Kesga DKK Semarang sudah menggunakan sistem komputerisasi, memang belum ada aplikasi secara khusus untuk menghasilkan suatu informasi dalam bentuk peta, selama ini untuk laporan yang dihasilkan dari bagian gizi Bidang Kesga termasuk dalam Profil Kesehatan Kota Semarang, yang berbentuk tabel, grafik, dan narasi. Data yang didapatkan dari bagian gizi bidang Kesga merupakan data agregat, yang hanya diketahui dalam bentuk jumlah atau kuantitas”.



4) Tahapan pengembangan sistem informasi (SDLC), kegiatan ini meliputi dari beberapa tahapan untuk menghasilkan suatu bentuk rancangan sistem informasi yang baru. Adapun kegiatan yang dilakukan sebagai berikut :

a.       Studi pendahuluan (prelimary study), dilakukan untuk mengetahui adanya masalah, peluang, dan arahan dari pengguna sistem informasi di sie gizi. Penemuan masalah yaitu dengan melakukan wawancara dan observasi di sie gizi Bidang Kesga Dinas Kesehatan Kota Semarang, dari hasil wawancara ditemukan permasalahan dalam sistem informasi yaitu belum adanya aplikasi untuk pengelolaan data dan informasi khususnya dalam bentuk pemetaan. Wawancara juga dilakukan di bagian sistem informasi Bidang PKPKL DKK Semarang untuk mendapatkan informasi atau sebagai pendukung untuk permasalahan yang ada. Peluang untuk dibuatnya Pemetaan Cakupan Status gizi Balita berbasis wilayah di Kota Semarang seuai dengan kegiatan yang ada di sie Gizi bagian Kesga DKK Semarang yaitu pencapaian Program Perbaikan Gizi masyarakat dengan sasaran pada balita, yang didukung adanya sumber daya yang tersedia di sie Gizi bagian Kesga DKK Semarang berupa perangkat keras berupa komputer, perangkat lunak, dan petugas yang terlibat dalam kegiatan ini. Kegiatan ini juga didukung dengan adanya arahan atau instruksi dari pengguna sistem yaitu Ka.sie Gizi bagian Kesga dengan mendukung adanya pemetaan cakupan status gizi balita berdasarkan adanya laporan yang dibutuhkan oleh Sie Gizi bagian Kesga DKK Semarang.

Berdasarkan identifikasi masalah sistem informasi yang ada di sie Gizi bagian Kesga DKK Semarang ditunjukan dalam bentuk gambaran Sistem Informasi balita sie Gizi bidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota Semarang saat ini belum memiliki aplikasi secara khusus untuk pengelolaan data dan laporan gizi dari puskesmas. Adapun gambaran sistem informasi dapat dilihat berikut ini :


Gambar 5.1 Diagram Context Sistem Informasi Gizi balita Diagram Context Sistem Informasi Gizi balita yang berjalan saat ini



Berdasarkan gambar 5.1 dapat diuraikan bahwa kegiatan untuk sistem informasi gizi balita yang berjalan saat ini yaitu puskesmas melakukan pelaporan ke Dinas Kesehatan Kota Semarang dari hasil kegiatan program gizi yang dilaksanakan oleh puskesmas berupa : Laporan gizi balita (BGM, buruk, dan sedang), laporan pemberian PMT ibu hamil KEK dan keluarga miskin, laporan pemberian PMT Balita gizi buruk dan Balita gizi kurang, laporan penjaringan balita gizi kurang, rekap hasil operasi timbang balita. Laporan-laporan tersebut disampaikan ke sie Gizi bagian Kesehatan Keluarga, yang selanjutnya diolah menjadi Cakupan Program Gizi Kota Semarang dan Laporan Kinerja Puskesmas. Sistem Informasi yang berjalan saat ini belum dapat menunjukkan gambaran tentang status gizi balita dalam bentuk peta.


b.      Analisis Sistem (system analysis), kegiatan ini meliputi :

(i)   Perencanaan proyek (project planning), kegiatan ini dilakukan dengan membuat persiapan dalam bentuk proposal dan membuat jadwal untuk tahapan yang dilakukan untuk pengembangan sistem, serta mendiskusikan dengan bagian pengelolaan data dan informasi Dinas Kesehatan Kota Semarang untuk menentukan jenis atau bentuk sistem informasi bagian gizi yang akan dibuat.

(ii) Penelitian sistem yang ada, didapatkan bahwa sistem informasi di bagian gizi Bidang Kesga sudah menggunakan sistem komputerisasi.

(iii)    Mendefinisikan masalah, didapatkan bahwa masalah yang dijumpai di bagian gizi Bidang Kesehatan keluarga Dinas Kesehatan Kota Semarang yaitu belum adanya aplikasi pengolahan data gizi balita untuk memantau status gizi balita yang ada di wilayah Kota Semarang, karena pihak Dinas Kesehatan Kota Semarang menerima laporan dari puskesmas di wilayah kerjanya, dan menggunakan laporan tersebut untuk diolah menjadi laporan Program Gizi yang masih manual.

(iv)   Analisis sistem, kegiatan ini meliputi berikut ini ;

a.       Mempelajari dan menganalisis keberadaan sistem informasi gizi balita di bagian gizi Bidang Kesga Dinas Kesehatan Kota Semarang yang berjalan saat ini, didapatkan bahwa sistem informasi gizi memiliki input atau masukan berupa data Register kohort bayi, register kohort balita, rekap hasil operasi timbang (TB/U) balita, rekap hasil operasi timbang (BB/U) balita, rekap hasil timbang (BB/PB atau BB/TB), rekap kinerja puskesmas. Untuk proses atau pengolahan data sudah menggunakan komputer tetapi belum ada aplikasi pengolahan data secara otomatis. Sedangkan output atau keluaran yang dihasilkan berupa laporan penjaringan balita kurang gizi, laporan pemberian PMT gizi balita gizi buruk, laporan pemberian PMT gizi kurang, laporan pemberian PMT ibu hamil KEK dari keluarga miskin, laporan balita BGM-gizi buruk dan gizi kurang, laporan inisiasi menyusui dini,laporan kinerja puskesmas Program perbaikan gizi masyarakat.

b.      Analisis terhadap sistem informasi gizi balita yang akan dirancang, dengan membuat sistem informasi berbasis web dengan pemrograman PHP dan data base My Sql dan menghasilkan peta dengan google map.

c.       Analisis perangkat keras (hardware) yang digunakan untuk penerapan sistem informasi gizi balita, yaitu perangkat keras yang ada di Bidang Kesehatan


Keluarga Dinas Kesehatan Kota Semarang berupa komputer sebanyak 3 (tiga)

buah, dan laptop sebanyak 6 (enam) buah.

(v)     Analisis Kebutuhan sistem, dengan melakukan analisis kebutuhan sistem yaitu mengidentifikasi kebutuhan informasi yang diperlukan oleh Ka.sie.Gizi Bidang Kesehatan Keluarga, staff atau pelaksana Program Gizi, dan staff atau pengelola data dan informasi Bidang PKPKL Dinas Kesehatan Kota Semarang, yang didapatkan hasil bahwa laporan yang dibutuhkan sesuai laporan yang ada saat ini dan perlu tambahan berupa laporan ASI eksklusif dan laporan Inisiasi Menyusui Dini.

(vi)       Analisis Keputusan, pada tahap ini terdapat beberapa solusi alternatif yang akan dipilih untuk memenuhi kebutuhan sistem yang baru, dengan tujuan yaitu mengidentifikasi kandidat solusi, menganalisis kandidat solusi, sesuai kelayakannya dan merekomendasikan sebagai kandidat sistem yang akan dikembangkan. Alternatif pemilihan solusi yang ada pada pemetaan cakupan status gizi balita berbasis wilayah di sie Gizi bagian Kesga DKK Semarang yaitu :

a)      Pemilihan Model pengembangan Sistem Informasi yang baru berupa pemetaan : model yang dipilih dengan pendekatan yang dimulai dari Ka.sie Gizi bagian Kesga DKK Semarang untuk menganalisis kebutuhan informasi berdasarkan kebijakan sie Gizi bagian Kesga, dengan sasaran dan kebijakan berupa Program Perbaikan Gizi Masyarakat, selanjutnya turun ke tingkat bawah yaitu staf sie Gizi bagian Kesga DKK Semarang. Proses pendekatan ini dilakukan untuk menentukan model, output, input, basis data, dan prosedur operasi.

b)      Pemilihan perangkat lunak pengembangan sistem yang baru : pada pengembangan sistem informasi program gizi balita dipilih alternatif untuk membuat aplikasi program berupa pemetaan cakupan status gizi balita berbasis wilayah, dengan pertimbangan bahwa aplikasi program tersebut belum ada di DKK Semarang, oleh karena itu alternatif tersebut dipilih sesuai kebutuhan pengguna sistem.

c)      Pemilihan sistem operasi sistem informasi yang baru : sistem operasi untuk sistem informasi yang baru dengan menggunakan Windows, karena komputer yang ada di Sie Gizi bagian Kesga DKK Semarang sudah menggunakan sistem operasi Windows, dan bersifat user friendly.

d)      Pemilihan User atau pengguna sistem informasi yang baru : alternatif pemilihan pengguna dalam sistem informasi berupa pemetaan ini adalah multi user, dengan

jaringan komunikasi data yang memungkinkan adanya komunikasi data antara

puskesmas dengan sie Gizi bagian Kesga DKK Semarang.

e)      Pemilihan Tools sistem informasi yang baru : tools yang dipakai untuk membangun sistem informasi bentuk pemetaan adalah PHP dengan basis data menggunakan My SQL dan google map untuk tampilan petanya.

(vii)    Sistem rancang bangun, kegiatan ini dilakukan dengan mempertimbangkan bentuk aplikasi yang akan dibuat dan pemrograman yang digunakan untuk sistem informasi gizi balita ini.


c.  Desain atau perancangan sistem :

Kegiatan ini meliputi perancangan Sistem Informasi Balita yang berbasis wilayah dengan menggunakan bantuan tools berupa Ms. Visio untuk menggambarkan bentuk context diagram (CD) dan Data Flow Diagram (DFD), serta Program PHP dan MySQL untuk desain input, desain output, serta basis data.

Tahapan perancangan sistem informasi berupa Pemetaan Cakupan Status Gizi Balita dalam mendukung Pencapaian MDG’s tahun 2015, sebagai berikut :

a.       Perancangan Model Sistem, meliputi :

1)       Tujuan  dan  sasaran  :  tujuan  dari  perancangan  model  sistem  ini  adalah

pengembangan sistem informasi status gizi balita dalam bentuk pemetaan yang memberikan kemudahan untuk penyajian informasi untuk mendukung keberhasilan pencapaian MDG’s tahun 2015 bagi sie Gizi bagian Kesga DKK Semarang. Adapun sasaran yang akan dicapai dengan diterapkannya sistem informasi ini adalah :

(a)  kemudahan dan kecepatan dalam pengelolaan data dan informasi gizi balita

(b)   keamanan dan keakuratan data terjamin

(c)  kemudahan dalam melakukan analisis untuk pengambilan keputusan

(d)  kemudahan dalam menampilkan cakupan status gizi balita berdasarkan wilayah

(e)  kebersamaan pemakaian dalam pengelolaan data gizi balita

2)  Analisis Kebutuhan informasi dan Entitas yang terkait : berdasarkan hasil rancangan model peta untuk cakupan status gizi balita dalam bentuk diagram konteks, melalui diagram tersebut dapat dideskripsikan data dan informasi yang dibutuhkan dalam sistem informasi ini. Gambaran Sistem Informasi Geografis Status Gizi Balita yang dikembangkan dengan menggunakan pemetaan dapat dilihat berikut ini:
 

Gambar 5.2 Diagram Context Sistem Informasi Pemetaan Status Gizi balita yang dikembangkan

Berdasarkan gambar 5.2 dapat diuraikan bahwa kegiatan untuk sistem informasi gizi balita yang dikembangkan. Perbedaan antara sistem informasi yang berjalan saat ini dengan sistem informasi yang dikembangkan yaitu :


a)      Data yang diberikan Sie Gizi Bidang Kesga DKK Semarang untuk sistem yang dikembangkan berupa data kegiatan Program Perbaikan Gizi Masyarakat

b)      Informasi yang dihasilkan dari sistem informasi geografis status gizi balita yang dikembangkan terdapat tambahan laporan pemetaan status gizi per wilayah di Kota Semarang.


3) Diagram Alir Data Level 0 Sistem Informasi Geografis Status Gizi Balita

Setelah diagram konteks digambarkan maka selanjutnya diagram konteks tersebut diturunkan dalam benuk yang lebih rinci dengan mendefinisikan seluruh proses yang ada dalam sistem informasi berikut ini :

 

 
                  Gambar DFD level 5.3 Sistem Informasi Geografis Status Gizi balita yang dikembangkan

b.       Perancangan Basis Data

Tahap yang meliputi pembuatan proses perancangan basis data berikut ini :

1)   Pendekatan Model Data E-R (Entity Relationship) : model data ini secara umum digambarkan dalam bentuk diagram E-R (Entity-Relationship Diagram = ERD). Relasi-relasi yang ada dalam Sistem Informasi yaitu :

(a)    Relasi antara Balita dengan Puskesmas :
 


Gambar 5.4 Diagram ER Penimbangan Balita di Puskesmas


Adanya relasi antara balita dengan puskesmas pada saat penimbangan. Banyak balita dapat menimbang ke satu puskesmas, dan satu puskesmas dapat melayani penimbangan banyak balita. Bentuk kardinalitasnya adalah many to one.
(b) Relasi antara Puskesmas dengan Sie Gizi Bidang Kesga DKK Semarang :


Relasi melaporkan yaitu relasi antara puskesmas dengan Sie Gizi bagian Kesga pada kegiatan pelaporan. Banyak Puskesmas melaporkan kegiatan program gizi ke satu Sie Gizi bagian Kesga DKK Semarang. Satu Sie Gizi bagian Kesga menerima laporan dari banyak puskesmas dalam wilayah kerjanya. Kardinalitasnya adalah many to one.

(c)    Rancangan ERD akhir :

ERD akhir Sistem Informasi Geografis Status Gizi Balita merupakan gabungan dari beberapa relasi yang ada sebagai berikut :
(d)   Perancangan Struktur File Basis data :

Perancangan struktur file basis data dibuat untuk menjelaskan field-field yang ada pada file data disertai tipe data, lebar, dan keterangan yang memperjelas. Adapun fil-file data yang dapat diuraikan struktur basis datanya, berikut ini:

                                    Gambar 5.7

                                     Struktur File Basis Data

 

c.       Perancangan Tampilan Sistem Informasi Status Gizi Balita

Pemetaan atau Sistem Informasi Status Gizi Balita berbasis wilayah di Kota Semarang dengan web menggunakan program aplikasi PHP dan basis data MySQL, serta bentuk pemetaan menggunakan Google Map sehingga perlu koneksi jaringan komunikasi data atau internet untuk aplikasinya,

1)      Tampilan Awal Data Sistem Informasi Geografis Status Gizi Balita :

Untuk pertama kali menampilkan data dalam bentuk web perlu masuk dalam alamat : localhost/puskesmas_2/data/adminsimpus, dan muncul tampilan berikut :

Gambar 5.8 Tampilan Menu Login   

Menu Login ini berfungsi untuk membuka menu berikutnya seperti menu input

data sistem informasi.

2)      Tampilan Menu Input Data :

Ada beberapa pilihan dalam menu input ini yang digambarkan sebagai berikut :






Menu input data mempunyai pilihan untuk memasukan data, yaitu : Data Balita, Data Timbang, dan Data Puskesmas, dan beberapa pilihan untuk mengedit atau mengubah bentuk tampilan dalam gambar petanya.

3)      Tampilan Peta Cakupan Status Gizi Balita :

Tampilan peta cakupan status gizi balita dapat dilihat dengan mengakses alamat : localhost/puskesmas_2/data, sehingga muncul tampilan berikut :




Gambar 5.9

Tampilan Peta Cakupan Status Gizi Balita di Kota Semarang

B. PEMBAHASAN

Program Perbaikan Gizi Masyarakat yang dilaksanakan oleh Sie Gizi bidang Kesga DKK Semarang merupakan program rutin yang mempunyai jadwal maupun biaya yang telah dibuat perencanaannya, sehingga kegiatannya dapat dilakukan pemantauan, termasuk kegiatan untuk pembuatan peta cakupan Masyarakat kurang gizi, hal ini sesuai dengan pembuatan peta atau Sistem Informasi Geografis Status gizi Balita ini untuk



mendukung kegiatan tersebut, salah satunya untuk mengetahui cakupan status gizi balita yang terdiri dari kategori Status gizi balita Baik, Kurang, dan Buruk.

Pembuatan peta cakupan dengan menerapkan metode SDLC (System Development Life Cycle) yaitu suatu Siklus Hidup Pengembangan Sistem, mulai dari awal sampai dengan perancangan sistem informasi dengan dihasilkannya bentuk input data dan pemetaannya, yang dapat memudahkan untuk menginputkan data Balita, data timbang atau transaksi dan data puskesmas berbasis web dengan menggunakan program PHP dan basis data MySQL, sehingga memudahkan bagi Sie Gizi bagian Kesga DKK Semarang dalam melakukan pemantauan Program Perbaikan Gizi Masyarakat khususnya untuk sasaran balita, yang termasuk kelompok rentan gizi, karena balita masih memerlukan gizi baik dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya sehingga dapat dicegah adanya kasus gizi buruk yang merupakan salah satu masalah dalam kesehatan.

Adanya penetapan indikator MDGs tahun 2015 menjadikan Indonesia khususnya Dinas Kesehatan Kota Semarang yang bertanggung jawab dalam peningkatan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya perlu dukungan dari sumber daya termasuk untuk pengelolaan data dan informasi sehingga dibuatnya pemetaan cakupan status gizi balita dapat mendukung kinerja dari Program perbaikan gizi masyarakat.

Perbedaan sistem informasi gizi balita yang saat in berjalan dengan yang dikembangkan yaitu sistem informasi status gizi yang dikembangkan sudah memiliki bentuk peta dalam penyajian informasinya sehingga dapat memudahkan bagi pihak Sie Gizi bagian Kesga untuk melakukan pemantauan cakupan status gizi balita di wilayah kerjanya yaitu Kota Semarang.


BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1.    Sistem Informasi Status Gizi Balita di Sie Gizi Bidang Kesehatan Keluarga menggunakan sistem yang komputerisasi namun belum ada program aplikasi untuk pengelolaan data gizi terutama dalam bentuk peta sebagai bentuk penyajian yang lebih interaktif.

2.      Pemetaan digunakan untuk melihat cakupan status gizi balita di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Semarang dan sebagai pendukung pengambilan keputusan bagi pengelola program gizi bidang Kesga dan digunakan untuk melihat cakupan status gizi balita dalam mendukung tercapainya MGDs 2015.


B.     Saran

1.      Pihak Pemerintah sebaiknya memberikan pembiayaan yang lebih banyak untuk pengembangan sistem informasi di bidang kesehatan khususnya di Dinas Kesehatan Kota Semarang.

2.      Pihak Dinas Kesehatan Kota Semarang hendaknya lebih dapat memperhatikan bentuk pengelolaan data dan informasi yang bermanfaat sebagai pendukung keputusan atau pembuatan program khususnya di bagian gizi


DAFTAR PUSTAKA


Alim, S. (2011). Sistem Informasi Geografis Pemantau Status Gizi Balita pada Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo. Skripsi-AMIKOM Yogyakarta.

Amsyah, Z. (2001). Manajemen Sistem Informasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Bappenas. (2012). Laporan Pencapaian Milenium Development Goals di Indonesia. Retrieved from www.bappenas.go.id.

Bungin, H. B. (2011). Penelitian Kualitatif untuk Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Cappele, F. v. (2009, September). Statplanet 2.0- User Guide. Retrieved from Statplanet-Sacmeq: http://www.sacmeq.org/statplanet

Creswell, J. W. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Indarto. (2013). Sistem Informasi Geografis. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Indonesia, K. H. (2009). Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia.

Jogiyanto, H. (2005). Analisis dan Desain-Sistem Informasi : pendekatan terstruktur teori dan praktek aplikasi bisnis. Yogyakarta: ANDI.

Kadir, A. (2009). From Zero to A Pro : Membuat Aplikasi Web dengan PHP dan Database My SQL.

Yogyakarta: ANDI.

Leod, R. M. (2001). Sistem Informasi Manajemen- jilid 1. Jakarta: Prenhallindo.

N, S. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Prahasta, E. (2011). Sistem Informasi Geografis : Konsep-konsep Dasar. Bandung: Informatika.

Reynolds, R. S. (2008). Principles of Information System . Canada: Thomson Course Technology.

S, A. (2001). Ilmu Gizi Dasar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Scott, G. M. (2002). Prinsip-prinsip Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Semarang, B. K. (2012). Laporan Tahunan Bidang Kesehatan Keluarga Tahun 2012. Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang.

Semarang, D. K. (2012). Profil Kesehatan Kota Semarang. Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang.

Siswandari, I. K. (2001). Pengembangan Sistem Informasi Pemantauan Status Gizi Balita - Studi di Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen Propinsi Jawa Tengah.



Siswandari, I. K. (2001). Pengembangan Sistem Informasi Pemantauan Status Gizi Balita Studi di Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen Propinsi Jawa Tengah. Tesis.

Sugiarto, D. S. (2001). Teknik Sampling. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Umi Dewi Rahmawati, A. B. (2011). Sistem Informasi Geografis (SIG) Pemantauan Balita Penderita Gizi Buruk di Surabaya. Skripsi.

UNDP, T. (2007). Modul Pelatihan ArcGis. Jakarta.

Utama, B. (2013). Peraturan Presiden RI tentang Program Nasional Percepatan Gizi. Retrieved 2013, from http://gizi.depkes.go.id/peraturan-presiden-ri-tenang-gerakan-nasional-percepatan-perbaikan-gizi.

Wahana Komputer. (2006). Panduan Lengkap Menguasai Pemrograman Web dengan PHP 5.

Yogyakarta: Penerbit ANDI.
 

Ads Inside Post